Kamis, 08 Desember 2016

Wisata Luwak Di LUWAKMAS Kediri


Saat ini, halaman rumahnya yang luas bahkan sudah dibangun mini kafe sekaligus kantor pemasaran kopi luwak. Sejumlah tenda dengan meja kursi portabel disediakan bagi para tamu yang ingin menikmati secangkir kopi sekaligus menikmati udara segar pedesaan.

Dibawah bendera CV Ivander Bintang Kastara, Hj Yekti mengibarkan merk “LUWAKMAS” untuk memasarkan kopi luwak produksinya baik berupa biji atau bubuk dalam kemasan. Tak berhenti disitu, Ia juga mendirikan wisma dan resto dengan nama yang sama di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, letaknya di jalan raya menuju Gunung Kelud.

Setiap akhir pekan, jika Ia sedang tidak berada di luar kota untuk menjalankan pekerjaan sebagai auditor hotel, Hj Yekti berusaha menyambut sendiri tamu-tamunya. Berbagai rombongan turis asing yang diangkut bus-bus operator tour and travel singgah di rumah Hj Yekti untuk melihat langsung penangkaran luwak sekaligus mencicipi kopi “LUWAKMAS”. Kebanyakan berasal dari Eropa seperti Jerman, Belanda dan Inggris. Tak sedikit pula yang berasal dari kawasan Asia seperti China dan Jepang.

Tak hanya melihat kandang-kandang luwak, wisatawan juga diajak untuk melihat proses produksi mulai dari memberi makan luwak dengan buah kopi segar, pengambilan feses luwak yang masih dalam bentuk kepalan biji kopi, pembersihan dan penjemuran feses, proses penyangraian dan penggilingan biji  hingga siap diseduh dalam secangkir kopi.

“Kalau turis dari Eropa kebanyakan hanya menikmati kopi di tempat, ada yang membeli kopi kemasan tapi sedikit. Beda dengan turis dari Asia semacam China dan Jepang, mereka biasa membeli banyak untuk oleh-oleh,” ungkap Hj Yekti.

Untuk menikmati secangkir kopi luwak, wisatawan harus meroboh kocek Rp 30.000 per cangkir. Sementara untuk membeli kopi luwak bubuk dalam kemasan stoples dikenakan harga Rp 185.000 per 100 gram, kopi luwak lanang Rp 200.000 per 100 gram, luwak white coffee sachet Rp 160.000, luwak lanang sachet Rp 225.000, dan berbagai ukuran kemasan lainnya.

Tidak semua hewan luwak bisa dipelihara atau ditangkarkan untuk menghasilkan biji kopi berkualitas. Hj Yekti hanya memelihara luwak pandan. Jenis luwak pandan ini dipercaya tidak berbau apek seperti jenis luwak lainnya. Dalam setahun, “LUWAKMAS” bisa memproduksi satu ton kopi luwak. Kopi produksi “LUWAKMAS” selain dijual kepada turis juga diekspor ke bebarapa negara di Asia dan Eropa. Hj Yekti mengaku perusahaannya kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor, karena untuk pasar lokal saja masih belum tergarap semua, jadi masih ada peluang untuk mengembangkan distribusi.Untuk menikmati secangkir kopi luwak, wisatawan harus meroboh kocek Rp 30.000 per cangkir. Sementara untuk membeli kopi luwak bubuk dalam kemasan stoples dikenakan harga Rp 185.000 per 100 gram, kopi luwak lanang Rp 200.000 per 100 gram, luwak white coffee sachet Rp 160.000, luwak lanang sachet Rp 225.000, dan berbagai ukuran kemasan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar